BBM subsidi, ujian pertama revolusi mental Jokowi
Kabar Jateng
09.56
0
Jakarta : Tantangan
pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla atau Jokowi-JK yang semakin
berat sudah menunggu di depan sana. Proposal Jokowi agar pemerintahan
saat ini menekan defisit anggaran dengan menaikkan harga BBM subsidi
ditolak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pertemuan empat mata,
di Bali, kemarin.
Andai saja SBY bersedia
melakukan itu, maka sebagian beban yang mengungkung pemerintahan
Jokowi-JK bakal hilang. Karena rumusnya, harga subsidi naik sama
dengan pengurangan anggaran belanja subsidi yang tembus Rp 360
triliun tahun depan. Dan itu berarti Jokowi-JK punya uang tambahan,
hasil penghematan duit subsidi BBM, bisa digunakan untuk menjalankan
program-program yang dijanjikan.
Sayang, harapan itu
pupus. Pertemuan dua jam yang dianggap tradisi baru dalam estafet
kepemimpinan itu hanya menghasilkan kesepakatan normatif. Kubu
Jokowi-JK dipersilakan berkomunikasi lebih lanjut dengan jajaran
Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.
Jusuf Kalla menyayangkan
keengganan mantan bosnya di KIB I menaikkan harga BBM subsidi. Dia
bilang penaikan harga BBM subsidi itu sebenarnya untuk menyelamatkan
keuangan pemerintahan SBY.
"Ya tidak apa-apa
kalau pemerintah sekarang ragu-ragu, yang penting negara selamat,
yang penting negara tidak bangkrut bisa bayar gaji."
JK tak tegas mengatakan
bahwa pemerintahan mendatang akan menaikkan harga BBM subsidi atau
tidak. Dia hanya berujar menunggu saran dari tim transisi
pemerintahan Jokowi-JK. Namun, Sofjan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi
Pengusaha Indonesia (APINDO), memastikan pemerintahan mendatang bakal
menaikkan harga BBM subdidi. Berdasarkan keterangan yang diperoleh
SOfjan dari Andi Wijajanto, Deputi Tim Transisi JOkowi-JK, besaran
penaikan sekitar Rp 3 ribu per liter.
Sementara itu,Deputi
Senior Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara pernah berujar,
untuk membuat keuangan negara lebih sehat, penaikan harga BBM subsidi
tidak cukup sekali. Seorang kawan berbisik, ada baiknya Jokowi-JK
memulai mengambil tanggung jawab itu.
Sekaligus ini bisa jadi
ujian pertama revolusi mental yang digaungkan Jokowi. Apakah penaikan
harga komoditas primer ini bisa mengubah sikap masyarakat kelas
menengah untuk tidak lagi mengonsumsi barang yang bukan haknya.
Dengan kata lain, mereka mulai mengisi tangki kendaraan dengan BBM
nonsubsidi, bukan BBM subsidi.
Yakin, ini bukan hal
sulit buat mereka yang telah jatuh cinta pada Jokowi-JK.****
merdeka.com

Tidak ada komentar