Select Menu

Favourite

Berita Jateng

Nasional

Gambar tema oleh konradlew. Diberdayakan oleh Blogger.

Berita Politik

Berita Parlemen

Ekonomi

Berita Hukum

Sepakbola

Simak Dulu

» » » Protes Pembangunan Trans Studio di Komplek TBRS, Akankan Kesenian Dikalahkan Dengan Hiburan Modern?


Kabar Jateng 12.28 0

Gerbang Depan TBRS Semarang

SEMARANG, kabarjeteng.com - Dalam pertemuan Wali Kota Semarang Hendrar Prihardi dengan beberapa seniman dan komunitas teater dan Dewan Kesenian Semarang (DEKASE), terkait persoalan penandatanganan MoU yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang dengan PT. Trans Ritel Properti, mengenai rencana pembangunan Trans studio di kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang, beberapa waktu yang lalu.

Dewan Kesenian Semarang (Dekase) yang secara tegas menyatakan penolakannya terhadap berdirinya trans studio di TBRS memberikan 10 alasan yang menjadi dasar penolakan tanpa syarat tersebut, salah satunya yakni kompleks TBRS merupakan privatisasi ruang publik yang tidak bisa dikomersilkan. Hal itu sesuai dengan Perda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) No.14/2011 yang menyebutkan kawasan TBRS sebagai pasar seni, yang masuk dalam kawasan pengembangan dan peningkatan wisata alam dan budaya.

"Kita tau jumlah dan presentasi ruang publik di Semarang masih sangat kurang, mengapa harus dikurangi, mengapa Pemkot Semarang ingin merubah rumah seni kami. Kenapa harus di TBRS, kenapa tidak didaerah lain yang notabene masih banyak yang belum dikembangkan ," ujar anggota Dekase Anton Sudibyo dalam orasinya, Selasa (10/3) malam.

Aksi penolakan tersebut juga diungkapkan seniman kawakan, Timur Sinar Supradana. Menurut dia Pemkot diminta untuk mengilhami makna TBRS, jangan dilihat dari aspek komersilitasnya saja, namun juga ditinjau dari sejarahnya serta asas asas manfaat, terutama untuk kaum Seniman di Semarang.

"Tahun 70 an lalu TBRS terkenal dengan nama Kebun binatang Tegal Wareng, Namum pada masa itu Pemda melakukan pemekaran daerah, seperti dibangunnya terminal dan beberapa tempat komersial, namun area ini (TBRS red) tetap dipertahankan oleh pemerintah kodya pada waktu itu. Disinipun juga ikut andil dalam melahirkan senimman seniman besar, jadi panjenengan (Henrar prihadi red) harus tau itu," ungkapnya dengan mata berkaca kaca.

Menanggapi sejumlah masukan dari para Seniman maupun warga Semarang itu, Wali Kota Hendrar prihadi mengatakan bahwa dirinya bersedia membatalkan pendirian trans studio di kompleks TBRS, apabila seluruh warganya memang benar - benar tidak setuju.

"Saya tetap clear bahwa warga semarang apabila tidak berkenan saya tidak akan melanjutkan. Saya masih menunggu warga semarang secara seluruhnya mengenai respon seluruh warga yang hadir terkait pendirian trans studio, Untuk itu disini kita forumkan," tegas Politisi PDIP itu.

Terpisah, Ketua DPRD Kota Semarang Supriyadi mendukung didirikannya Trans Studio di kota Lunpia ini. Menurutnya, banyak manfaat yang diperoleh jika trans Studio jadi didirikan di Semarang, diantaranya lapangan kerja bertambah, sektor pembangunan menjadi meningkat dan banyak investor yang akan melirik Semarang.


"Kami akan mengawal kebijakan pemkot. Kami sebagai wakil rakyat akan menerima masukan masyarakat baik yang pro atau tidak. Dan untuk penandatangan ini harus ada kajian terlebih dahulu, tidak sepihak. Kita akan amanah dalam menjalankan aspirasi. Intinya saya mendukung trans dibangun di Semarang," ujarnya. @bay-Ning

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply