Dua Pelaku Pengedar Uang di Bali Dibekuk Polda jateng
Kabar Jateng
13.30
0
![]() |
| barang buktui uang palsu |
SEMARANG - Dua orang pelaku pembuat sekaligus pengedar uang palsu pecahan Rp 100 ribu yang disebarkan Denpasar, Bali, berhasil ditangkap jajaran Polda Jateng. Dua pelaku tersebut adalah Handoyo (50) warga Banyumanik, Kota Semarang dan Abdul Rohman, warga Desa Nglobar, Puwodadi, Grobogan.
Kedua pelku ditangkap dari hasil pengembangan petugas yang sebeluknya telah menangkap seorang wanita bernaa Ana (40) warga Cirasac, Jakarta Timur, yang ditangkap di sebuah kantor jasa pengiriman di Denpasar, 1 September 2014. Saat itu, Ana hendak mengambil kiriman uang palsu dari Handoyo berupa pecahan uang palsu Rp 100 ribu sebanyak 210 lembar atau Rp 21 juta.
Tim Jatanras Polda Jateng yang dipimpin Panit III, AKP Hendrik, menangkap Handoyo di Bandara Ahmad Yani, Kota Semarang, 7 September 2014. Kasubdit III Ditreskrimum Polda Jateng, AKBP Martono, ketika dikonfirmasi wartawan membenarkan adanya penangkapan dua pelaku pengedar dan pembuat uang palsu.
"Laporannya di Bali, Polresta Denpasar, kami bantu ungkap dan tangkap pelaku," kata Martono, Kamis (11/9/2014).
Polisi mengamankan satu set komputer yang digunakan oleh Handoyo membuat uang palsu. Di dalam komputer tersebut, polisi menemukan sebuah master layout uang kertas pecahan Rp 100 ribu. Selain itu juga diamankan sebuah alat scan, printer, 40 buah tinta kering, monel sablon berisi gambar uang Rp 100 ribu, kaleng cat, sablon warna merah, kuning dan hitam, kaleng cat beserta tiner, flashdisk, modem, dan satu set film bergambar uang kertas pecahan Rp 100 ribu. Polisi juga mengamankan uang palsu pecahan Rp 100 ribu senilau Rp 10 juta di rumah Rohman di Grobogan.
Sementara itu, Kanit Jatanras Subdit III Ditreskrimum Polda Jateng, AKP Agus Piryadi, mengatakan, Handoyo merupakan seorang residivis kasus serupa dan pernah ditangkap di Polres Banyumas tahun 2006 silam. Sementara Rohman bertugas mengedarkan uang palsu hasil kiriman Handoyo.
"Uang palsunya di drop ke orang orang yang dikenal, lalu dijual setengah harga dari uang asli. Alatnya cukup lengkap, uang palsu di sablon dulu lalu di print," katanya.
Sumber: tribunJateng

Tidak ada komentar